“Saya bekerja di kereta api. Pekerjaan ini amat melelahkan, apalagi jika ada orang yang melotot di depanku. Jika itu terjadi, aku bisa jadi sangat depresi.”Sekilas, cerita singkat di atas tampak seperti cerita yang biasa saja. Namun, bagaimana jika kita coba mencermati maknanya. Kira-kira pekerjaan apakah yang akan membuat seseorang depresi hanya karena dipelototi oleh orang didepannya? Apakah seorang kondektur yang harus menghadapi amarah
penumpang karena bus yang datang terlambat? Saya rasa tidak. Lalu, bagaimana kalau masinis? Kalau begitu, cerita singkat di atas akan berubah menjadi menyeramkan… Karena kalau masinis dipelototi orang yang ada di depannya, berarti ada yang melompat ke depan kereta atau tertabrak.
Itulah yang dinamakan Riddle.
Pertama kali saya mengenal riddle horor dari website, okaruto.tumblr, dan sebuah forum cerita Jepang. Semenjak itu saya menjadi ketagihan. Lalu saya pun mendedikasikan blog saya, “Mengaku
Backpacker” (kalau dilihat dari judulnya memang tidak terkesan horor), untuk memuat riddle-riddle Jepang yang saya terjemahkan.
Ternyata, respon untuk tulisan riddle cukup bagus. Ada banyak sekali orang yang juga tertarik dengan
riddle, sama seperti saya. Tiba-tiba, blog saya pun menjadi identik dengan riddle dan hal-hal berbau horor. Begitu pun ketika saya memutuskan membuat grup riddle di Line, antusiasnya sangat tinggi.
Memecahkan riddle membutuhkan usaha tersendiri.
Kita harus mau menganalisis dan berpikir “out of the box”. Ada riddle yang mudah untuk dipecahkan, ada yang tingkat kesulitannya medium, dan ada pula yang sulit dipecahkan karena membutuhkan ketelitian ataupun pengetahuan yang luas. Walaupun begitu, keberhasilan memecahkan riddle merupakan suatu kepuasan tersendiri. Terlebih, jika kita lebih dulu
memecahkannya ketimbang orang lain.