-->

Thursday, February 9, 2017

Boneka Kuntilanak

Malam semakin larut. Angin kencang berembus melipir ke sela-sela jendela kamar Riani. Angin dingin menyentuh kulit dan rambutnya yang panjang, sehingga rambut bergoyang lembut. Riani menggeliat, hawa dingin menusuk tulangnya. Perlahan selimut tebal yang melorot ditarik kembali untuk menutupi tubuh. Namun, matanya tetap terpejam. Kantuk memang tak kuasa ditahannya. Walau angin dingin mengusik tidurnya, dia tetap meneruskan tidurnya.

Jam menunjukkan pukul 12.00 malam. Tak terasa Riani sudah tidur sejak jam sembilan malam . Selepas pulang dari kuliah, dia langsung tidur. Bahkan, dia sama sekali belum mandi dan makan. Entah kenapa sejak masuk halaman tempat kos-kosannya, rasa kantuk langsung menyerang tanpa kompromi. Angin dingin terus menyapanya. Karena dingin, lama-lama Riani tak tahan juga. Dengan mengerjapkan matanya, kemudian membuka mata perlahan, Sekadar ingin memastikan apakah jendelanya sudah tertutup atau belum.

Sedikit remang, kelopak matanya masih berat. Riani merebahkan kembali tubuhnya di kasur. Tiba-tiba dia melihat sesosok bayang di depan meja belajar. Bayangan putih yang berdiri menghadap padanya. Matanya menelusuri dari bawa sampai ke atas dan…

Huaaa…” Riani berteriak histeris.

Riani bersembunyi di balik selimutnya.

“Dor! Dor!”

“Yani…!” panggil seseorang dari luar. Riani tidak berani menyahut. Dia membekap mulutnya. Rasa takut lebih besar daripada untuk menjawab panggilan itu. Dia takut kalau itu hanya halusinasi saja.

Dor! Dor!

“Yani, ada apa? Cepat buka pintunya!” suara itu semakin keras memanggil nama Riani.

Riani mulai mengenali suara itu. Itu suara Ibu Roro, pemilik kos. Riani membuka selimutnya, Ternyata makhluk tersebut masih bediri sambil memegang boneka gadis kecil berkepang dua.

Riani kali ini tak bisa berbicara apa-apa di depan makhluk yang sepertinya menyerupai kuntilanak. Matanya sama sekali tak berkedip. Ke mana suara gedoran pintu, dan suara Ibu kos yang tadi memanggilnya. Tak ada satupun yang terdengar kali ini. Sunyi dan sepi. Kuntilanak yang memegang boneka itu perlahan mengangkat wajahnya. Lalu tersenyum pada Riani. Riani pun ambruk ke bumi, pingsan.
***

________
Cerita ini bagian dari ebook "Boneka Kuntilanak".




NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner