Jam dengan gambar teletubbies pemberian nyokap menunjukkan pukul 12 malam. Layar tivi masih menyala, mempertontonkan film horor yang mungkin nggak ada seram-seramnya ke hadapan empat orang anak berumur belasan tahun. Mereka adalah,gue, Marwin, Bono, dan Bokis, dan kamimasih semangat menonton setiap adegan yang berjalanan di film itu. Nggak ada satupun dari kami yang merasa takut. Bagaimana mau takut, film yang kamitonton adalah film horor Indonesia. Jadi, ketika seharusnya kami menutup mata karena takut melihat hantu, kami malahharus bergantian menutupi mulut, agar nggak terus-terusanmengap melihat adegan-adegan seronok dalam film itu. Bahkan Bokis sudah sempat meneteskan iler di kasur gue.
Ya, tadi pagi gue ngeborong DVD di pasar. Gue tahu teman-teman bakal menginap malam ini. Sesuai pesanan mereka minggu lalu, merekanyuruh gue buat beli film horor. Jadilah gue beli film-film horror Indonesia seperti Air Terjun Pengantin, Pocong,dan sebuah DVD motivator Mario Teguh. *Emang ada?.Sebenernya bakallebih seru kalau nonton film horor barat. Gue lihat reviewnya di IMDb, kayaknya hampir semua filmnya bagus-bagus, tapi gue nggak punya cukup keberanian buat nonton film kayak gituan. Liat trailernya aja bikin gue nggak berani tidur sendiri. Apalagi kalau gue nonton, bisa-bisa gue langsung cari istri buat nemenin tidur. *Kalo ada yang mau.
Dan gue selalu miris kalau lagi nonton film horor Indonesia. Nggak ada serem-seremnya, kebanyakan adegandewasa yang tidak mendidik. Gue sempat berpikir kenapa si pembuat film ini lebih mementingkan keuntungannya daripada akibat yang dia timbulkan? Sebagai contohnya adalah kita berempat. Gue nggak mau munafik, gue emang suka kalau lihat yang gitu-gituan, apalagitiga temen gue yang dari muka aja sudah kelihatan mesum. Setelah nonton film kayak gini, pikiran dan otakgue semakin kotor. Gue mengetahui itu karena suatu hari ketika gue lagi keramas di kepala gue banyak banget tanahnya. *Eh...itu bukan karena film deh kayaknya.
“Nggak mendidik banget filmnya. Cuma ngandelin sex doang. Nggak ada serem-seremnya,” kata gue setelah filmnya selesai.
“Beneran nggak ada seremnya?” tanya Bono dengan muka menantang.
“Beneran, dong! Sendirian juga gue berani nonton film kayak gini.”
“Nonton film berani sendirian. Berarti kalau kencing, berani juga dong, sendirian?”
Gue diem sejenak dan berpikir. Kayaknya gue emang nggak pernah berani kalau kencing sendirian setelah nonton film horor. Nggak horor aja sih, nonton Spongebobpas episode Flying Dutchman juga gue nggak berani kencing sendirian.
“Nanti anterin gue kencing, yak?”
“Katanya berani?”
“Nonton sendiri berani, kencing sendiri, atuuut!” Bokis ngeledek gue.
Lalu semuanya tertawa.
***
Penggalan cerita ini diambil dari ebook "Paranorak Activity: Petualangan 4 Sekawan".
Ya, tadi pagi gue ngeborong DVD di pasar. Gue tahu teman-teman bakal menginap malam ini. Sesuai pesanan mereka minggu lalu, merekanyuruh gue buat beli film horor. Jadilah gue beli film-film horror Indonesia seperti Air Terjun Pengantin, Pocong,dan sebuah DVD motivator Mario Teguh. *Emang ada?.Sebenernya bakallebih seru kalau nonton film horor barat. Gue lihat reviewnya di IMDb, kayaknya hampir semua filmnya bagus-bagus, tapi gue nggak punya cukup keberanian buat nonton film kayak gituan. Liat trailernya aja bikin gue nggak berani tidur sendiri. Apalagi kalau gue nonton, bisa-bisa gue langsung cari istri buat nemenin tidur. *Kalo ada yang mau.
Dan gue selalu miris kalau lagi nonton film horor Indonesia. Nggak ada serem-seremnya, kebanyakan adegandewasa yang tidak mendidik. Gue sempat berpikir kenapa si pembuat film ini lebih mementingkan keuntungannya daripada akibat yang dia timbulkan? Sebagai contohnya adalah kita berempat. Gue nggak mau munafik, gue emang suka kalau lihat yang gitu-gituan, apalagitiga temen gue yang dari muka aja sudah kelihatan mesum. Setelah nonton film kayak gini, pikiran dan otakgue semakin kotor. Gue mengetahui itu karena suatu hari ketika gue lagi keramas di kepala gue banyak banget tanahnya. *Eh...itu bukan karena film deh kayaknya.
“Nggak mendidik banget filmnya. Cuma ngandelin sex doang. Nggak ada serem-seremnya,” kata gue setelah filmnya selesai.
“Beneran nggak ada seremnya?” tanya Bono dengan muka menantang.
“Beneran, dong! Sendirian juga gue berani nonton film kayak gini.”
“Nonton film berani sendirian. Berarti kalau kencing, berani juga dong, sendirian?”
Gue diem sejenak dan berpikir. Kayaknya gue emang nggak pernah berani kalau kencing sendirian setelah nonton film horor. Nggak horor aja sih, nonton Spongebobpas episode Flying Dutchman juga gue nggak berani kencing sendirian.
“Nanti anterin gue kencing, yak?”
“Katanya berani?”
“Nonton sendiri berani, kencing sendiri, atuuut!” Bokis ngeledek gue.
Lalu semuanya tertawa.
***
Penggalan cerita ini diambil dari ebook "Paranorak Activity: Petualangan 4 Sekawan".