-->

Friday, December 16, 2016

Perjumpaan yang Sederhana

Kota ini sedang dilanda gerimis tatkala jalan hidupku ditakdirkan untuk berubah selamanya. Adalah matamu yang pertama kali berbicara, menembus pertahananku secara membabi buta. Kau diamkan tanganmu di dalam jabatanku selama beberapa detik. Aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk selamanya. Segala keteraturan yang kubangun selama ini, runtuh dalam sekejap. Padahal, perjumpaan kita begitu sederhana; tidak sedramatis kisah-kisah yang didongengkan para pujangga. Meski begitu, bagiku kau istimewa, melebihi apa yang mampu digambarkan susastra. Bahkan, aku yakin kau bukan manusia biasa. Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, diturunkan bersama lusinan bom atom yang meledakkan dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan kita dimulai.
Hey! Jangan dulu pergi. Aku tidak ingin pulang ke rumah lalu berlama-lama menatapmu membeku di layar ponsel. Kau terlalu indah untuk kubiarkan berkeliaran di linimasa. Sudah, duduk saja di sebelahku, hingga di penghujung zaman bila perlu. Aku takkan keberatan. Jangan tanya kenapa. Logika telah mati. Ajukan saja pertanyaan muluk itu pada jantungku yang berdebar saat tenggelam dalam senyumanmu (meski kutahu senyumanmu untuk saat ini hanya basa-basi normatif). Tumbuh harapan dalam hatiku; berharap kelak dapat kutemui senyumanmu yang sesungguhnya. Dan jika tidak berlebihan, akulah orang yang membuatmu tersenyum.
Kau pun pamit undur, menyisakan wangi yang pekat mewarnai udara. Tanpa mau bertanggung jawab, kau tinggalkan aku termabuk sendirian. Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya. Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi.

Jika kita berjodoh,
walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu,
kita pasti akan tetap dipertemukan dengan cara yang lain



NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner